1. PENGERTIAN
MANAJEMEN
Kata Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal. , , berbeda-beda definisi yang
diberikan oleh para ahli.
bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1.Manajemen sebagai suatu proses,
2.Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3.Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).
manajemen secara umum sebagai berikut :
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya
definisi para ahli :
bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1.Manajemen sebagai suatu proses,
2.Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3.Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).
manajemen secara umum sebagai berikut :
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya
definisi para ahli :
·
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu
proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan
diawasi.
·
, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai
tujuan yang sama.
·
G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu
pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil
yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari
pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
·
manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
·
manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun
sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa
manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen
adalah ilmu.
·
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu
pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada
kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara
mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan
itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
menurut pendapat saya manajemen umum adalah
suatu perencanaan,pengarahan/pengorganisasian dan pengawasan agar mendapat suatu tujuan yang lebih real atau nyata dalam organisasi untuk tujuan yang sama.
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen umum Dan berbagai sumber.
http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen umum Dan berbagai sumber.
Manajemen Sebagai
Ilmu Dan Seni
Ilmu
manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan
dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah yang
dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam manajemen. Metode
ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut.
- Mengetahui adanya persoalan.
- Mendefinisikan persoalan.
- Mengumpulkan fakta, data dan informasi.
- Menyusun alternatif penyelesaian.
- Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian.
- Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.
Selain
manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini
disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan,
kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak
ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari.
“Manajemen
yang baik adalah seni bagaimana membuat masalah sebegitu menariknya dan
solusinya sebegitu konstruktifnya sehingga semua orang ingin bekerja untuk itu
dan berurusan dengan masalah tadi.(paul Hawken)
(1868–1933)
mendefinisikan manajemen sebagai “seni mendapatkan sesuatu / menyelesaikan
sesuatu dengan memberdayakan orang-orang”.(mary parker follet)
Chaster
I bernand dalam bukunya yang berjudul The Function Of Executive bahwa manajemen
yaitu ilmu dan seni, juga henry fayol, Alfin Brown Harold, KuuntsCyril O’Donnel
dan Geroge R.Terry.
Manajemen
Sebagai Ilmu Dan Sebagai Seni
Manajemen
merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab antara keduanya
tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini
dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen,
gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang
dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diujudkan dalam bentuk suatu
teori.
Sedang
manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu
tujuan diperlukan kkerja sama dengan orang lain, nah bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia pada umumnya adalah managing ( mengatur ) untuk mengatur disini
diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama.
SUMBER:(www.google.com)(http://ichanissa.ngeblogs.com/2010/02/27/manajemen-sebagai-ilmu-dan-seni/)
Tingkatan
manajemen dan manajer.
Dilihat dari
tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1. Manajemen
Puncak (Top Management)
Manajer
bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan
manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,
direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah
konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan
oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
2. Manajemen
Menengah (Middle Management)
Manajemen
menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian
untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab
melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer
wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen
Bawah/Lini (Low Management)
Manager
bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para
manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu
keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan
dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
Berikut adalah
skema manajemen berdasarkan tingkatanya:
Dilihart dari
kegiatan yang dilakukan :
- Manajer
Fungsional, bertanggung jawab pada suatu kegiatan unit organisasi (produksi,
pemasaran, keuangan, personalia, dll
- Manajer Umum,
bertanggung jawab atas semua kegiatan unit.
Didalam
melaksanakan tugas, setiap tingkatan manajer mempunyai ungsi utama atau
keahlian yang berbeda yaitu:
1. Keahlian
Teknik (Technical Skill) yaitu keahlian tentang bagaimana cara mengaerjakan dan
menghasilkan sesuatu yang teriri atas pengarahan dengan motivasi, supervisi,
dan kemunikasi .
2. Keahlian
Manajerial (Managerial Skill) yaitu keahlian yang terkait dengan hal penetapan
tujuan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengawasan.
Fungsi Fungsi Manajemen
Ada 4 fungsi
utama dalam manajemen:
1. Perencanaan
(Planning),
2.
Pengorganisasian (Organizing),
3. Pengarahan
(Actuating/Directing),
4. Pengawasan
(Controlling)
Fungsi
Perencanaan
Dalam manajemen,
perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi
untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat
berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana
yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus
dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Kegiatan dalam
Fungsi Perencanaan :
- Menetapkan
tujuan dan target bisnis
- Merumuskan
strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan
sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan
standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
Fungsi Pengorganisasian
Proses yang
menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh,
sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa
semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan dalam
Fungsi Pengorganisasian :
- Mengalokasikan
sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang
diperlukan
- Menetapkan
struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan
perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga
kerja
- Kegiatan
penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
Fungsi Pengarahan
dan Implementasi
Proses
implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi
serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam
Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
-
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi
kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan
-
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
-
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis
yang dihadapi.
Kegiatan dalam
Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
- Mengevaluasi
keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan
- Mengambil
langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan
berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian
tujuan dan target bisnis
sumber :
catatankuliahdigital.blogspot.com & id.wikipedia.org
Keterampilan Manajerial
Sumber : Probiz E-Leraning (http://www.probiz.wgtt.org/)
Bila kita
asumsikan bahwa manajer adalah seorang yang mengarahkan aktivitas dari orang
lain dan mengambil tanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan (objective)
melalui usaha tersebut, maka seorang manajer yang sukses biasanya adalah mereka
yang mempunyai 3 (tiga) keterampilan dasar, yaitu: keterampilan
teknis(technical skill), keterampilan inter-personal(human skill), dan
keterampilan konseptual (conceptual skill).
Lalu sebenarnya
apa yang dimaksud dengan keterampilan manajerial itu? Menurut Bigelow (1998),
sebenarnya tidak banyak teks yang mendefinisikan apa yang dimaksud dengan
keterampilan manajerial. Banyak teks yang lebih menekankan kepada proses
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan daripada mendefinisikan secara
spesifik keterampilan manajerial. Namun berdasarkan kompilasi beberapa teks,
keterampilan manajerial berkaitan dengan teori, teknik, dan pedoman perilaku,
yang bila diaplikasikan secara tepat akan meningkatkan performa keberhasilan
seorang manager. Sekarang, mari kita telaah lebih lanjut ranah properti
keterampilan ini.
A. Keterampilan
Teknis
Keterampilan ini
meliputi pemahaman dan kompetensi dalam aktivitas yang spesifik, khususnya yang
berkaitan dengan suatu metode, proses, prosedur tertentu yang bersifat teknis.
Ia melibatkan pengetahuan dan kemampuan analitis yang khusus dan mempunyai
tahapan pemecahan masalah (troubleshooting) yang relative baku/standar. Dalam
terminologi pelatihan, maka pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan
(vocational dan on the job training) besar manfaatnya dalam rangka
mengembangkan keterampilan ini.
B. Keterampilan
Inter-personal
Ini berhubungan
dengan kemampuan untuk bekerja dengan, memahami dan memotivasi orang lain,
memahami sudut pandang dan perilaku atasan, rekan sejawat, dan bawahan terhadap
suatu masalah dan memposisikan dirinya secara proporsional. Seseorang yang
mempunyai kemampuan ini kiranya cukup sensitive terhadap keinginan dan motivasi
orang lain dalam kelompoknya sehingga dia dapat memperkirakan tindakan apa yang
perlu dan hasil yang yang diharapkan.
Keterampilan ini
bisa juga diklasifikasikan dalam :
(a) kepemimpinan
dalam kelompok sendiri (intra-group skill), dan
(b) keterampilan
dalam mengelola hubungan antar kelompok (inter-group skill).
Dalam ranah
tingkat manajemen, intra-group skill mempunyai peran dominan pada kelompok
manajer dasar (first line management) dan menengah (middle management), maka
inter-group skill sangat dirasakan penting peranannya pada manajer tingkat atas
(higher level/top management).
Untuk menguasai
keterampilan ini, seorang manajer harus dapat mengembangkan sendiri persepsi
pribadinya terhadap aktivitas orang lain sehingga ia dapat:
· mengenali
perasaan dan sentimen dalam situasi tertentu;
· mempunyai sikap
terhadap pengalamannnya sendiri dan berusaha untuk belajar dari pengalaman itu;
· mengembangkan
kemampuan untuk memahami apa yang ingin disampaikan seseorang melalui tindakan
dan kata-kata mereka;
· mengembangkan
kemampuan untuk mengkomunikasikan ide dan sikapnya kepada orang lain secara
tepat.
Pelatihan yang
bersifat spontan dan dipandu oleh seorang pelatih yang berpengalaman dapat
memberikan nuansa positif bagi pengenalan dan pengembangan keterampilan ini.
C. Keterampilan
Konseptual
Keterampilan ini
melibatkan kemampuan untuk melihat suatu perusahaan/organisasi secara utuh,
mengenali cara kerja dan ketergantungan bermacam-macam fungsi yang ada, dan
lebih jauh lagi untuk memahami hubungan antara perusahaan/organisasinya dan
industri, masyarakat, dan situasi ekonomi dan sosial secara umum.
Pada dasarnya
keterampilan ini lebih banyak melibatkan intuisi seorang manajer sehingga ia
dapat memahami gejala-gejala umum dan keterkaitan antar variabel-variabel
elementer, memberikan penekanan dan prioritas pola tindakan, serta dapat
memperkirakan kencenderungan dan probabilitas hasil dari tindakan yang akan
dilakukan. Di luar teknis pelatihan manajemen, prinsip ‘learning by doing’
sangat dirasakan penting untuk mengasah keterampilan konseptual ini. Sedangkan
pelatihan manajemen strategi, pola promosi kepada karyawan untuk menduduki
posisi lebih tinggi dan melibatkan kerja antar kelompok juga merupakan beberapa
upaya untuk mengembangkan keterampilan ini secara lebih terstruktur.
SUMBER:
3. TEORI EVOLUSI MANAJEMEN
TEORI MANAJEMEN KLASIK
Frederick
W.Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah. Dennnga menggunakan
studi waktu-dan-gerak ia mencari cara yang terbaik bagi pekerja pabrik baja
Amerika untuk melakukan kerja kasar, seperti menyekop batubara. Dengan
mempelajari besar kecilnya ukuran sekop untuk material yang berbeda besarnya,
ia dapat meningkatkan produktivitas pekerja dari 16 menjadi 59 ton/hari. Taylor
percaya bahwa dengan memaksimalkan produktivitas akan memaksimalkan keuntungan
perusahaan dan pendapatan bagi karyawan. Manajemen dengan cepat berubah menjadi
manajemen ilmah. Namun, satu persatu buruh menentangnya karena hal ini dianggap
tidak berperikemanusiaan. Standar Penampilan. Perhatian Taylor ditujukan pada
tingkat pekerja dalam organisasi. Ia menganjurkan penggunaan standar
penampilan, yaitu pencapaian tingkat produktivitas pekerja yang diharapkan.
Walaupun bukan dalam wilayah kerja Taylor, gagasan standarnya ini dapat
diterapkan juga dalam manajemen. Jika pekerja dan manajer memenuhi standarnya,
maka perusahaan akan dapat mencapai tujuannya. Tujuan adalah suatu yang ingin
dicapai oleh perusahaan atau unit organisasi. Standar adalah ukuran penampilan
yang jika dipenuhi, akan menghasilkan tujuan yang dicanangkan. Sebagai contoh
tujuan penyejuk ruangan atau AC adalaaah untuk kenyamanan manusia. Sedangkan
standart adalah setting pengaturan udara yang membuat ketetapan suhu yang
diterima. Tujuan perusahaan dan unitnya cenderung berupa statement yang luas
dan umum. Standar dapat ditetapkan dalam perusahaan, unit organisasinya, dan
bahkan pada tiap karyawannya. Standar harus dinyatakan dalam kalimat yang jelas
dan dapat diukur sehingga tingkat penapaiannya dapat diukur.
SUMBER:http://ipoen.blogspot.com/2009/02/teori-manajemen-klasik.html
Definisi/Pengertian Teori Perilaku Teori X dan Teori Y (X Y Behavior Theory) Douglas McGregor
Wed, 16/07/2008 -
1:02am — godam64 Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu
perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada
orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku
The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan
memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x
atau teori y.
A. Teori X
Teori ini
menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka
bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat
bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini
memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja
sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian
serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja.
Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam
bekerja.
Penelitian teori
x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan
berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca
di artikel lain di situs organisasi.org ini.
SUMBER:http://organisasi.org/definisi-pengertian-teori-perilaku-teori-x-dan-teori-y-x-y-behavior-theory-douglas-mcgregor
Teori Kuantitatif
(Riset Operasi dan Ilmu Manajemen)
Riset operasi
merupakan suatu metode ilmiah yang memanfaatkan ilmu antardisiplin agar dapat
menyajikan hubungan-hubungan fungsional yang kompleks, seperti model matematik,
untuk keperluan pengambilan keputusan secara kuantitatif dan tidak termasuk
masalah baru untuk analisis kuantitatif.
Riset operasi
tidak hanya merupakan pengambilan keputusan model untuk memecahkan masalah,
tetapi juga memberikan sumbangan untuk pengambilan keputusan bagi manajer pada tingkat
bawah, menengah, dan atas. Dalam dunia bisnis dan pemerintahan, riset operasi
dapat dimanfaatkan untuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian.
SUMBER:http://royansd21.blogspot.com/2010/11/tugas-3c-teori-kuantitatif-riset.html
TEORI EVOLUSI MANAJEMEN
Perkembangan teori manajemen pada saat ini telah
berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula Belum ada suatu teori yang
bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami
dan menjumpai pandangan-pandangan berbeda tentang manajemen, yang berbeda
adalah dalam penerapannya. Dimana setiap pandangan hanya dapat diterapkan dalam
berbagai masalah yang berbeda pula, sedangkan untuk masalah-masalah yang sama
belum tentu dapat diterapkan.
Ada tiga teori pemikiran manajemen yaitu :
v
Teori manajemen
klasik
Ilmu manajemen muncul setelah negara-negara Eropa Barat
dan Amerika dilanda revolusi industri, yang terjadi sekitar awal abad ke-20
yaitu mulai ditinggalkannya prinsip-prinsip lama yang sudah tidak efektif dan
efisien lagi. Ada dua tokoh yang mengawali munculnya manajemen, yaitu :
1.
Robert Owen (
1971 – 1858 )
Dimulai pada
tahun 1800-an sebagai manager pabrik permintalan kapas di New Lanark,
Scotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiaannya pada penggunaan faktor produksi
produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa bilamana
terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan
kepada perusahaan, demikian pula apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat
(dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain
sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan pada
perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan
dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil
penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
2.
Charles Babbage (
1792 – 1871 )
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matemátika dari
Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Perhatiannya
diarahkan dalam hal pembagian kerja (devision of labour), yang mempunyai
beberapa keunggulan, yaitu :
1.
Waktu yang
diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2.
Banyaknya waktu
yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain,
dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga
akan menghambat kemajuan dan keterampilan pekerja, untuk itu diperlukan
spesialisasi dalam pekerjaannya.
3.
Kecakapan dan
keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam
tugasnya.
4.
Adanya perhatian
pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada
itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu menciptakan
mesin hitung (calculator) mekanis yang pertama, mengembangkan program-program
permainan untuk komputer, mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan
antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan
pembagian keuntungan.
Teori manajemen klasik juga terbagi dalam dua pemikiran
yaitu teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
v
Teori manajemen
ilmiah.
Tokoh-tokoh dari teori manajemen ilmiah antara lain :
Frederick Winslow Taylor
Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen
yang menggunakan ilmu pengetahuan dibahas pada tahun 1900an. Taylor adalah
manager dan penasehat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar
manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen
ilmiah (scientifick management). Dari hasil penelitian dan analisanya taylor
mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
a)
Menghilangkan
sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap
unsur-unsur kegiatan.
b)
Memilih pekerjaan
terbaik untuk setiap tugas tertentu selanjutnya memberikan latihan dan
pendidikan kepada pekerja.
c)
Setiap petugas
harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan didalam menjalankan tugasnya.
d)
Harus dijalin
kerja sama yang baik antara pimpinan dan pekerja.
Karya Taylor lainnya yaitu mengenai upah perpotong
minimum diberikan kepada pekerja yang menghasilkan sama dengan stándar atau
dibawah stándar yang telah ditentukan, sedangkan upah per potong maksimum
diberikan kepada pekerja yang menghasilkan diatas stándar. Sistem upah per potong ini lebih dikenal
dengan The Taylor Differential Rate System.
Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth ( 1868 – 1924 dan 1878 –
1917 ).
Suami istri yang
berkecimpung dalam mengembangkan manajemen ilmiah. Frank adalah pelopor study
gerak dan waktu, mengemukakan beberapa teknik manajemen yang di ilhami oleh
pandapat taylor. Dia tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang memperoleh effisiensi
tertinggi. Sedangkan Lilian Gilbreth cenderung tertarik pada aspek-aspek dalam
kerja, seperti penyeleksian penerimaan tenaga kerja baru, penempatan dan
latihan bagi tenaga kerja baru. Bukunya yang berjudul The Pshikology of
Management menyatakan bahwa tujuan akhir dari manajemen ilmiah yaitu membantu
para karyawan untuk meraih potensinya sebagai mahluk hidup.
Hendry Laurance Gantt ( 1861 – 1919 )
Hendry merupakan asisten dari Taylor, dia
berdiri sendiri sebagai seorang konsultan. Adapun gagasan yang dicetuskannya
adalah :
a)
Kerjasama yang
saling menguntungkan antara manager dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan
bersama.
b)
Mengadakan seleksi
ilmiah terhadap tenaga kerja.
c)
Pembayar upah
pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
d)
Penggunaan
instruksi kerja yang terperinci.
Harrington Emerson ( 1853 – 1931 )
Prinsip pokoknya adalah tentang tujuan,
dimana dari hasil penelitiannya menunjukan kebenaran prinsip yaitu uang akan
lebih berhasil bila mengetahui tujuan penggunaannya. Bukti dari pendapat Emerson yaitu adanya
istilah Management by Objek (MBO).
v Teori organisasi klasik
Tokoh-tokoh teori organisasi klasik antara lain yaitu :
Hanry Fayol (
1841 – 1925 )
Fayol adalah
seorang industrialis Perancis. Fayol mengatakan bahwa teori dan teknik
administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang kompleks, ini
diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et General
atau General and Industrial Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh
Costance Storrs.
Fayol membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan
pengawasan. Fungsi ini dikenal sebagai Fungsionalisme.
Fayol selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen yaitu :
1. teknik produksi dan manufakturing produk, 2. Komersial, 3. Keuangan, 4.
Keamanan, 5. Akuntansi, dan 6. Manajerial.
Hendry Fayol juga
mengemukakan 14 prinsip manajemen yaitu :
1. Devision of work
Adanya
spesialisasi dalam pekerjaan, dimana dengan spesialisasi dapat meningkatkan
efisiensi pelaksanaan kerja. Tujuannya adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih
banyak dan terbaik dengan usaha yang sama.
2. Uathority and Responsibility
Wewenang yaitu
hak untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.
Tanggung jawab
yaitu tugas dan fungsi yang harus dikerjakan, untuk ini diperlukan wewenang
dari pihak diatasnya. Semua ini diperlukan sangsi agar dipatuhi oleh orang yang
menerima.
3. Dicipline
Melakukan apa
sudah menjadi persetujuan bersama, disiplin ini Sangat penting dalam
tercapainya tujuan bersama, sebab tanpa ini tidak akan mencapai tujuan.
4. Unity of Command
Setiap bawahan
hanya menerima instruksi dari seorang atasan saja untuk menghilangkan
kebingungan dan saling lempar tanggung jawab. Bila hal ini dilanggar maka
wewenang akan berkurang, disiplin terancam dan stabilitas akan goyah.
5. Unity of Direction
Seluruh kegiatan
dalam organisasi yang mempunyai tujuan sama harus diarahkan oleh seorang
manajer.
6. Subordination of Individual Interst to
Generale Interest
Kepentingan
seseorang tidak boleh diatas kepentingan bersama atau organisasi.
7. Renumeration
Gaji bagi pegawai
merupakan harga servis atau layanan yang diberikan. Konpensasi harus adil baik
bagi karyawan maupun pemilik.
8. Centralization
Standarisasi dan desentralisasi merupakan pembagian kekuasaan. Sentralisasi
bisa dipakai pada organisasi yang kecil, tapi lain bagi organisasi yang besar
sentralisasi tidak mungkin dapat digunakan, harus menggunakan desentralisasi.
Bila peranan diberikan kepada bawahan lebih besar, maka digunakan
desentralisasi.
9.
Scalar Chain (
garis wewenang )
Jalan yang harus diikuti oleh semua komunikasi yang bermula dari dan
kembali kekuasaan terakhir. Prinsipnya mempermudah komunikasi antar pegawai
yang setingkat.
10. Order
Disini berlaku
setiap tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya. Hendaknya
setiap orang ditempatkan pada posisi yang tepat untuk mereka berdasarkan pada
kemampuan, bakat dan minatnya.
11. Equty
Untuk merangsang
agar pekerja melaksanakan pekerjaan dengan baik, sungguh-sungguh dan penuh
kesetiaan, maka harus ada persamaan perlakuan dalam organisasi.
12. Stability of Tonure of Personel
Seseorang pegawai
memerlukan penyesuaian untuk mengerjakan pekerjaan barunya agar dapat berhasil
dengan baik. Apabila seseorang sering kali dipindah dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lainnya akan menghambat dan membuat pekerja tersebut produktivitasnya
kecil. Turn over tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi.
13. Initiative
Bawahan diberi
kekuasaan dan kebebasan didalam mengeluarkan pendapatnya, menjalankan dan
menyelesaikan rencananya, walaupun ada kesalahan yang mungkin terjadi.
14. Esprit the Corps
Persatuan adalah
keleluasaan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggan,
keharmonisan dan kesetiaan dari para anggotanya yang tercermin dalam semangat
korps.
v
Teori hubungan
manusiawi ( neo klasik )
Aliran ini timbul karena pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efisiensi dalam produksi dan keselarasan kerja.
Tokoh-tokoh aliran hubungan manusiawi antara lain :
Hugo Munsterberg ( 1863 – 1916 )
Hugo merupakan pencetus psikologi industri sehingga
dikenal sebagai bapak psikologi industri. Bukunya yaitu Psikology and
Industrial Efficiensy, menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktifitas
harus melakukan tiga cara pertama penemuan best posibble person, kedua
penciptaan best posibble work dan ketiga penggunaan best posibble effect.
Elton Mayo ( 1880 – 1949 )
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana
hubungan manusiawi menggambarkan manager bertemu atau berinteraksi dengan
bawahan. Bila moral dan efisiensi verja memburuk maka hubungan manusiawi dalam
organisasi juga akan buruk. Mayo juga meneliti pengaruh kondisi penerangan
terhadap produktifitas. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa bila kondisi
penerangan naik, maka produktifitas juga akan naik dan begitupun sebaliknya.
Percobaan kedua dimana bila kelompok yang terdiri dari enam orang dipisahkan
dalam ruangan yang terpisah, dimana ruangan pertama kondisinya diubah setiap
waktu sedang ruangan lainnya tidak mengalami perubahan. Variabel yang dirubah
seperti upah, jam istirahat, jam makan, hari kerja dan sebagainya ternyata
kondisi tersebut mengalami kenaikan produktivitas, ternyata kenaikan
produktivitas ini bukan diakibatkan oleh intensif keuangan. Rantai reaksi
emosional antar pekerja berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas,
perhatian khusus dan simpatik sangat berpengaruh, fenomena ini dikenal sebagai Howthorne
Effect.
v
Teori hubungan
modern ( ilmu pengetahuan ) / Teori perilaku
Dalam pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran
hubungan manusiawi ( perilaku organisasi ) dan kedua berdasar pada manajemen
ilmiah atau manajemen operasi.
Tokoh aliran perilaku organisasi yaitu :
o
Douglas McGregor yang terkenal dengan
teori X dan teori Y.
o
Frederick
Herzberg terkenal dengan teori motivasi higenis atau teori dua factor.
o
Chris Argiris mengatakan bahwa
organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.
o Edgar Schein
dinamika kelompok dalam organisasi.
o Abhraham Maslow mengemukakan tentang hirarki kebutuhan
tentang perilaku manusia dan dinamika proses.
o
Robert Blak dan Jane mounton mengemukakan
lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial ( managerial grid ).
o Rensislikert
mengemukakan empat sistem manajemen dari sistem 1.explotatif, otoritatif sampai
sistem 4. partisiatif kelompok.
o Fred Feidler
menerapkan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan
SUMBER:http://syarifhidayat21.blogspot.com/2010/11/evolusi-teori-manajemen.html
4. MANAGEMEN DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL
Definisi lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan
terdiri dari komponen abiotik
dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang
tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikro-organisme
(virus dan bakteri).
Ilmu
yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu
biologi.
SUMBER:http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan
Lingkungan Eksternal Makro dan Mikro
Lingkungan
Eksternal makro perusahaan meliputi :
1. Teknologi
Dalam setiap
masyarakat atau industri , tingkat kemajuan memainkan peranan yang berarti .
Sebagai contoh kemajuan teknologi akan menurunkan permintaan akan manajer-
manajer menengah dan lini pertama, Banyak perusahaan sekarang menggunakan
komputer untuk meramalkan operasi-operasi dan schedulin produksinya , dimana
pada waktu yang lalu dilakukan oleh fungsi – fungsi manajemen menengah. Inovasi
teknologi dapat juga menimbulkan posisi persaingan baru dalam industri –
industri yang berbeda. Ini semua menuntut manajer perusahaan bersikap tanggap
terhadap tantangan – tantangan dan mampu memanfaatkan kesempatan yang ada.
Manajer perlu senantiasa menaksir arah perkembangan teknologi dan memperkirakan
perngaruhnya pada organisasi atau melakukan peramalan teknologi.
2. Ekonomi
Para manajer akan
selalu terlibat dengan masalah-masalah biaya sumber daya – sumber daya yang
dibutuhkan dalam organisasi. Biaya ini berubah-berubah setiap waktu karena
pengaruh faktor – faktor ekonomi. Sehingga manajer senantiasa perlu menganalisa
dan mendiagnosa faktor – faktor ekonomi, seperti kecenderungan inflasi atau
deflasi harga-harga barang dan jasa, kebijaksanaan moneter, dan kebijaksanaan
fisikal dll, jadi manajer perusahaan harus mencurahkan waktu dan sumber daya
untuk melakukan peramalan ekonomi dan antisipasi perubahan harga.
3.Lingkungan
sosial kebudayaan
Merupakan pedoman
hidup yang menentukan bagaimana hampir seluruh organisasi dan manajer harus
beroperasi . Lingkungan ini mencakup kepercayaan , nilai-nilai, sikap-sikap,
pandangan serta pola kehidupan yang dibentuk oleh tradisi , pendidikan,
kelompok , ethnis, teknologi , demografi, geografis, serta agama dan kepercayaan
dari sekelompok atau seluruh masyarakat tertentu. Pengaruh dari pedoman hidup
ini dapat sangat luas atau felatif sempit . Misal, batasan bagi pekerja wanita
mungkin hanya berlaku disuatu daerah, tetapi dapat juga berlaku secara nasional
4. Dimensi Internasional
Komponen
Internasional dalam lingkungan eksternal juga menyajikan kesempatan-kesempatan
dan tantangan-tantangan serta mempunyai potensi menjadi faktor yang berpengaruh
langsung pada operasi perusahaan. Kekuatan-kekuatan internasional ini berpengaruh
melalui perkembangan politik dunia, ketergantungan ekonom transfer teknologi.
Lebih sempit lagi, kekuatan ini berwujud misalnya keterrgantungan sumberdaya
impor, keadaan resesi, persaingan dengan perusahaan – perusahaan multinasional,
tingkat pertukaran mata uang asing dsb. Maka hendaknya manajer mampu menanalisa
dan mengantisipasi untuk kemudian meletakkan dasar yang kuat dalam menghadapi
perkembangan dunia internasional.
Lingkungan
eksternal mikro perusahaan meliputi :
1. Para pesaing
Lingkungan persaingan
perusahaan tercemin dari tipe , jumlah dan norma – norma perilaku organisasi
pesaing. Dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang dihadapinya ,
organisasi dapat mengetahui posisi persaingannya sehingga lebih mampu
mengoptimalkan operasi – operasinya.
2. Langganan
Strategi
kebijaksanaan dan taktik pemasaran perusahaan sangat tergantung situasi pasar
dan langganan. Analisa langganan berguna untuk mengantisipasi perubahan
perilaku pasar atau langganan dan mengarahkan pengolakasian sumberdayanya sesuai
kebutuhan dan keinginan langganan.
3. Pasar tenaga
kerja
Organisasi
memerlukan sejumlah karyawan dengan berbagai bermacam – macam ketrampilan
, kemampuan , dan pengalaman/ Kemampuan menarik dan mempertahankan karyawan
yang cakap merupakan kebutuhan prasyarat bagi perusahaan yang sukses .
Ada tiga faktor
yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan karyawan perusahaan,
yaitu reputasi perusahaan di mata angkatan kerja, tingkat pertumbuhan angkatan
kerja dan tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan.
4. Lembaga
keuangan
Organisasi
tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangaan untuk memperluas
kegiatan-kegiatannya . Kebutuhan akan dana dari lembaga-lembaga keuangan
tersebut dapat jangka pendek untuk membelanjai operasi-operasinya atau jangka
panjang untuk membangun fasilitas baru dan membeli peralatan baru.
5. Para penyedia
Setap organisasi
sangat tergantung pada sumber-sumber dari sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
baku (mentah) , bahan pembantu, pelayanan energi , dan peralatan yang digunakan
untuk memproduksi keluaran.
6. Perwakilan
pemerintah
Hubungan
organisasi dengan perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakin komples.
disamping merupakan atau menjadi para penyedia dan kreditur bagi perusahaan,
juga menetapkan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi organisasi ,
prosedur-prosedur perijinan dll.
SUMBER:http://candlelabra.wordpress.com/2010/10/26/lingkungan-eksternal-makro-dan-mikro/
Tanggung jawab sosial
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both and good fo business development”
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi.
2. Tanggung jawab sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial dewasa ini sudah menjadi bagian daripada orientasi bisnis. Prinsip ketergantngan dan manfaat bersama ternyata menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan atau implementasi program tanggung jawab sosial. Terminologi Tanggung jawab Sosial (social responsibility) sendiri terkait dengan banyak istilah. Waddock dalam Meehan (2006) menjelaskan 9 istilah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial: 1) corporate social responsibility (CSR), 2) corporate social perfomance (CSP), 3) alternative CSR3c, 4) Corporate responsibility, 5) Stakeholder approcah, 6) Business ethics and values, inclding nature-based values, 7) Boundary-spanning functions including, Corporate Community Involvement (CCI), dan 9) Corporate Citizenship (CC).
Substansi daripada istilah ini dari masa ke masa mengalami perubahan. Pada tahun 60an, tanggung jawab sosial lebih berintikan “charity” perusahaan kepada lingkungan yang mengambil berbagai bentuk, berbeda antara satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Sudah tentu, model charity seperti itu susah untuk dievaluasi manfaat dan dampaknya. Model pyramida yang dikembangkan Carrol sangat dominan dalam penjelasan tanggung jawab sosial, Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang tanggung jawab sosial korporasi dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah satu yang dominan dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang dikembangkan yaitu model pendekatan stakeholder (5). Model ini menjelaskan rinci peran pemangku kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan. Dengan identifikasi peran dan kepentingan, maka perusahaan dapat mengintegrasikannya ke dalam satu pencapaian tujuan. Sementara Meehan sendiri lebih menggunakan model 3C-SR, dimana inti dari 3C adalah Commitment, Consistency dan Connection, dan patut dicatat tidak kedua model ini sesungguhnya berbeda pandangna, pada model 3C lebih menekankan konsep yang kemudian diurut menjadi operasional.
Di Indonesia, masalah tanggung jawab sosial bisnis menjadi isu yang belum terslesaikan dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas telah dinyatakan bahwa tanggung jawab Sosial adalah bagian daripada tugas perseroan, oleh karena itu perseroan harus menyediakan dana. Artinya komponen biaya tanggung jawab sosial bukan lagi didasarkan kepada skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di awal perusahaan telah diharuskan mencantumkan dana tanggung jawab sosial. Konsep ini menjustifikasi anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat pengesahan. Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan.
Selain aturan ini masih ada program lain bersifat insentif dan fasilitatif, yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dimaksudkan untuk mendorong perusahaan peserta meningkatkan prestasi mereka dalam program lingkungan hidup secara luas. Sesuai dengan prinsip dasar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan diseinsentif reputasi dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai wujud dari pelaksanaan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2 tentang hak masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan terbuka, yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung. Walau program ini tidak bisa disamakan dengan program tanggung jawab sosial, karena kecenderungan pada program ini adalah masalah lingkungan.
Bersamaan dengan pandangan ini dikenal istilah stakeholder dalam terminologi Indonesia dikenal sebagai pemangku kepentingan . Jadi kalau tuga perusahaan pada awalnya adalah untuk menciptakan keuntungan kepada pemilik saham (shareholder), maka tugas ini telah berobah menjadi memberikan manfaat kepada stakeholder. Dari hasil penelusuran studi literatur diketahui bahwa banyak penulis mengacu kepada pendapat Carol (1979) yang mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2) legal, 3) ethical, 4) diskresionary. Masing-masing tanggung jawab sosial ini dijelaskan sebagai berikut (Jamali, D. 208)
1) Ekonomi mislanya berkaitan dengan menyediakan ROI kepada pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil, menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi lanjutan, inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang baru.
2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini masyarakat mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang diusungnya.
3) Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat, menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana bagi masyarakat.
4) Berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat.
Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al. (2000) laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard, menunjukkan bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi: pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang berorienatasi keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan perusahaan yang berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa manajemen yang menerapkan visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder daripada pemegang saham. Laporan ini senada dengan hasil penelitian tentang Living Company (1997) dimana ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pemangku kepentingan tetap berada pada hubungan yang harmonis dengan lingkungan nya dengan tetap menjada hubungan kuat dengan lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang diterima perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat yang berkelanjutan terhadap perusahaan.
Sumber : putriihiphop.ngeblogs.com/…/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/ –
Sumber: http://fardiansyah7fold.wordpress.com/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/
Tanggung Jawab Sosial Manajer / Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Manajer / PerusahaanTanggung jawab sosial
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both and good fo business development”
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi.
2. Tanggung jawab sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial dewasa ini sudah menjadi bagian daripada orientasi bisnis. Prinsip ketergantngan dan manfaat bersama ternyata menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan atau implementasi program tanggung jawab sosial. Terminologi Tanggung jawab Sosial (social responsibility) sendiri terkait dengan banyak istilah. Waddock dalam Meehan (2006) menjelaskan 9 istilah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial: 1) corporate social responsibility (CSR), 2) corporate social perfomance (CSP), 3) alternative CSR3c, 4) Corporate responsibility, 5) Stakeholder approcah, 6) Business ethics and values, inclding nature-based values, 7) Boundary-spanning functions including, Corporate Community Involvement (CCI), dan 9) Corporate Citizenship (CC).
Substansi daripada istilah ini dari masa ke masa mengalami perubahan. Pada tahun 60an, tanggung jawab sosial lebih berintikan “charity” perusahaan kepada lingkungan yang mengambil berbagai bentuk, berbeda antara satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Sudah tentu, model charity seperti itu susah untuk dievaluasi manfaat dan dampaknya. Model pyramida yang dikembangkan Carrol sangat dominan dalam penjelasan tanggung jawab sosial, Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang tanggung jawab sosial korporasi dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah satu yang dominan dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang dikembangkan yaitu model pendekatan stakeholder (5). Model ini menjelaskan rinci peran pemangku kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan. Dengan identifikasi peran dan kepentingan, maka perusahaan dapat mengintegrasikannya ke dalam satu pencapaian tujuan. Sementara Meehan sendiri lebih menggunakan model 3C-SR, dimana inti dari 3C adalah Commitment, Consistency dan Connection, dan patut dicatat tidak kedua model ini sesungguhnya berbeda pandangna, pada model 3C lebih menekankan konsep yang kemudian diurut menjadi operasional.
Di Indonesia, masalah tanggung jawab sosial bisnis menjadi isu yang belum terslesaikan dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas telah dinyatakan bahwa tanggung jawab Sosial adalah bagian daripada tugas perseroan, oleh karena itu perseroan harus menyediakan dana. Artinya komponen biaya tanggung jawab sosial bukan lagi didasarkan kepada skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di awal perusahaan telah diharuskan mencantumkan dana tanggung jawab sosial. Konsep ini menjustifikasi anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat pengesahan. Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan.
Selain aturan ini masih ada program lain bersifat insentif dan fasilitatif, yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dimaksudkan untuk mendorong perusahaan peserta meningkatkan prestasi mereka dalam program lingkungan hidup secara luas. Sesuai dengan prinsip dasar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan diseinsentif reputasi dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai wujud dari pelaksanaan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2 tentang hak masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan terbuka, yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung. Walau program ini tidak bisa disamakan dengan program tanggung jawab sosial, karena kecenderungan pada program ini adalah masalah lingkungan.
Bersamaan dengan pandangan ini dikenal istilah stakeholder dalam terminologi Indonesia dikenal sebagai pemangku kepentingan . Jadi kalau tuga perusahaan pada awalnya adalah untuk menciptakan keuntungan kepada pemilik saham (shareholder), maka tugas ini telah berobah menjadi memberikan manfaat kepada stakeholder. Dari hasil penelusuran studi literatur diketahui bahwa banyak penulis mengacu kepada pendapat Carol (1979) yang mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2) legal, 3) ethical, 4) diskresionary. Masing-masing tanggung jawab sosial ini dijelaskan sebagai berikut (Jamali, D. 208)
1) Ekonomi mislanya berkaitan dengan menyediakan ROI kepada pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil, menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi lanjutan, inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang baru.
2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini masyarakat mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang diusungnya.
3) Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat, menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana bagi masyarakat.
4) Berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat.
Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al. (2000) laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard, menunjukkan bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi: pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang berorienatasi keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan perusahaan yang berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa manajemen yang menerapkan visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder daripada pemegang saham. Laporan ini senada dengan hasil penelitian tentang Living Company (1997) dimana ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pemangku kepentingan tetap berada pada hubungan yang harmonis dengan lingkungan nya dengan tetap menjada hubungan kuat dengan lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang diterima perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat yang berkelanjutan terhadap perusahaan.
Sumber : putriihiphop.ngeblogs.com/…/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/ –
Sumber: http://fardiansyah7fold.wordpress.com/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/
0 komentar:
Posting Komentar